Teruntuk Wanita Terhebatku




 Sebongkah Cinta Untuk Bidadari Hati,
 Dear ibuu,,

          Sejak saat itu, Perputaran waktu kian lama berjalan. Terniang termenung sendiri dalam ruang hampa yang pengap, dalam ruang yang sangat sunyi, dalam suasana hati yang gundah gelisah. Disudut ruang terpancar cahaya lilin, memberikan penerangan diruang yang gelap, menyinari seluruh sudut ruang dalam hati. Selalu terniang sesosok wajah yang dicinta. Lewat hembusan angin yang bertiup kencang. Ku sampaikan isi hatiku. Sebuah perasaan yang sudah lama terpendam.
         Secoret kata ini, kutuliskan betapa besar pengorbanan’mu untuk anak’mu, kini aku bisa memahami, betapa berartinya dirimu di duniaku. Besar pengorbanan yang engkau berikan, tak satupun langkahmu yang tak berarti di hidupku. Kau keluarkan semua tenagamu untuk melahirkanku. Meski semua yang terbaik telah ku berikan padamu. Itu semua tak akan bisa menggantikan setiap derai pengorbananmu.
        Ibuu, aku adalah bocah kecilmu dulu. Yang sering kau timang dengan nina bobomu, kau belai rambutku dengan penuh kasih sayang, yang sering kau gendong dengan tangan kasihmu. Yang sering kau kecup dengan bibir lembutmu.
       Ibuu, aku juga adalah bocah kecilmu Yang sering kau gendong di saat aku merenggek-renggek meminta uang jajan. Kau yang pertama kali mengantarkanku masuk sekolah dasar. Kau sering menguatkanku ketika anakmu ini di olok-olok oranglain. Kau sebagai tempat mengagaduku setiap kali anakmu ini kesulitan.
       Ibuu, kau menjagaku dengan segudang jerih payahmu, tak peduli seberapa lelahnya dirimu, kau santuni aku dengan keringatmu. Kau dekap aku dengan kehangatan tubuhmu, Kau rawat aku dengan berjuta kasih sayang, bak laksana samudera yang terbentang luas, laksana bintang-bintang yang tersusun tinggi terbentang indah di langit.
       Masih terngiang di pikiranku, kala itu kau yang pertama kali mengajariku bersepedah, kau semangati aku dengan penuh kesabaran. Sampai aku bisa mengayuh sendiri. Kau laksana pelita dalam hatiku. Ibuu,,ingatkah ketika bocah kecilmu ini terbaring tak berdaya, kau tak pernah sedikit pun beranjak dari hadapanku, kau rela menahan kantuk untukku, kau sembunyikan letihmu dalam senyumanmu, kau kompres aku dengan penuh kesabaran, setiap saat kau memegang keningku untuk memastikan panasku sudah turun. kau lantunkan doa terbaikmu,. Ketika aku mengeluh karena rasa sakit, kau yang menenangkanku dalam dekapanmu. Sungguh berharga sekali pengalaman itu dan semua itu akan terus tersimpan di memory ingatanku.
       Ibu, sekali lagi bocah kecil itu adalah aku. Kini aku telah beranjak dewasa, kini bocah kecilmu ini sudah tidak pantas lagi kau gendong, tidak layak lagi untuk kau nina bobokan, yang kau ulurkan beberapa suap nasi di bibirnya. Teringat ucapan ibu “sedewasa apapun kamu nak, bagi ibu kau tetap anak ibu.” Kata-kata yang sangat menyetuh sampai detik ini.
      Ibu, izinkan aku hari ini menulis surat untukmu. Mengungkapkan semua rasa sayangku pada ibu. Usiamu boleh surut dimakan usia, tetapi rasa sayang dan pengabdian ini tetap untukmu bu, yang tak akan lekang oleh waktu, yang tak akan surut untuk disingkirkan. Terima kasih telah merawatku selama 21 tahun ini bu. Terima kasih telah berjasa dalam setiap langkah hidupku. Kau sebaik-baik bidadari dihatiku.

Salam Hormat dan Rinduku


Bocah kecilmu
 Ida syahidah 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »