Ketika Raga sudah tak lagi menyapa



        “tettt” telfon di tutup, sekilas terlintas kembali foto Abah di layar telfon. Aku memandanginya penuh rindu. Terakhir abah berkata bahwa kondisinya sehat dan masih sibuk mengurusi usaha roti bakarnya yang memiliki beberapa cabang di kota kembang. Aku merebahkan tubuhku, peluh kembali mengucur, sudahlah hanya sakit biasa. Ku ambil jaket abu yang menggantung tak beraturan di atas kursi, hari ini ada mata pelajaran tafsir Qur’an Sayyid Hasan di kampus.
        Aku bergegas, trotoar di depanku terlihat memanjang. Kendaraan hilir mudik di tengan jalan raya, mesir sedang mengalami musim panas yang cukup membuatku tersisa. Tahun ini tahun pertamaku di negeri Cleopatra, aku harus banyak menyesuaikan diri disini. Kami tiga bersaudara kakakku yang pertama Halim sudah menikah dan tinggal di Jakarta, kakakku yang kedua Irham adalah juara kelas sejak kecil, abah begitu membanggakannya. Pendidikannya begitu cepat melesat dia menyelesaikan pendidikan menengah dan menengah atasnya dalam waktu empat tahun. Aku sendiri delapan bulan yang lalu baru lulus dari pondok modern yang mengajarkanku banyak hal, termasuk berbahasa. Sebulan kemudian mengikuti test untuk ke Mesir dan Turki, Alhamdulillah universitas kenamaan ini menerimaku sebagai salah satu dari mahasiswanya.
        Ku sambangi pintu masuk, lorong univ terlihat lenggang, cuman ada beberapa orang saja yang sibuk dengan urusannya masing-masing. aku melangkah lebih cepat, waktu menunjukkan pukul dua siang, jika Sayyid datang tepat waktu maka aku sudah terlambat mengingikuti pelajarannya. Kali ini keberuntungan ada di pihakku, Sayyid belum datang dan kelas masih terlihat kosong, aku memilih deretan bangku kedua dari depan karena bangku pertama biasanya diisi oleh mahasiswa senior yang memang mengambil jurusan tafsir.
        Tiba-tiba telfonku berbunyi, lantunan surah al-kautsar mengalun dari celah-celah speakernya, ku lihat nomor yang tertera, kodenya negara Malaysia. Aku keluar tentu saja dengan segera, pelajaran tafsir ini lebih penting dari pelajaran tambahan manapun menurutku, dengan tafsir kita bisa mengenali al-Qur’an dari dalamnya serta menganalisis lebih dalam lagi makna-makna yang terkandung di dalamnya. Terdengar suara di sebrang sana: “Sar, gimana kabarmu? Sehat, ini sarah kan”, sejenak aku berfikir, suara terburu-buru, nadanya tidka beraturan, datang-datang ga salam dan langsung nanya kabar siapa lagi kalau bukan melisa!, “ee… e… iya ini Sarah, Alhamdulillah berkat doa dari semuanya, ana baik, kau gimana mel?”. “aku baik sar, oya seminggu lagi aku dapat tiket buat ke Mesir nih, bisa ajak aku jalan-jalan ga? Hehe, ceritanya ada destinasi bisnis papa yang harus aku cek disana, sekalian cari buku buat skripsi, sekalian cari tempat buat foto-foto, sekalian nyoba kuliner timur tengah sekalian beli baju buat kuliah, sekalian………………..” “Melisaaaaaaaaaaaaaaaa……. Cukup! Iya aku akan nganterin kamu kemanapun kamu mau, yang jelas kamu pastiin dulu tiketnya tanggal berapa terusnya berangkat sama siapa terus bawa apa aja, kopernya segimana, terus……………….” Saraaahhh,,, are u srupid? Haha, kau nyuruh aku diem sendrinya ngomong mulu”, sejenak kami diam, lalu suara cekikikan terdengar dari seberang sana, aku tersenyum lega, lisa masih sama seperti dulu, asyik dan ga bawa perasaan… setelah obrolan itu aku bergegas kembali menuju kelas Sayyid Hasan yang kelihatannya sudah dimulai.
        Signal 3g terlihat dari telfon genggamku, sungguh malas ya malas sekali. Malam ini aku harus memastikan beberapa kuliah yang akan dibatalkan minggu depan, penyebabnya tentu saja lisa, sahabat taman kanak-kanakku yang cerdas, multitalent dan tentu saja cantik. Belum lagi membayangkan kelakuannya yang cuek sejak dulu, tak pernah memandang orang dalam berbicara, gimana caranya dia akan liburan di negeri yang serba tertutup seperti ini? dan tentu saja hijabnya, aku harus memaksanya untuk berhijab karena flatku berdekatan dengan universitas. Oke, ku lirik layar telfon itu, terihat senyuman indah kak Riska, istri kak halim. Aku berfikir sejenak untuk kemudian memutuskan tidak menerima telfon tersebut. Badanku begitu lelah, belum lagi tugas yang menumpuk membuat mata ini ingin terpejam saja, jika aku menerima telfon itu akan ada resiko tinggi yang menimpaku, kak Riska yang merupakan seorang dokter punya kepekaan yang tinggi terutama dalam mengenali suara seseorang.
         “sarah sayang, abah sakit doakan ya”. Ya ilahi, ragaku tersentak… rasa khawatir memenuhi ubun-ubun ini, abah baru saja kemarin abah menelfon dan mengatakan bahwa beliau baik-baik saja. Abah kenapa? Fikiranku buyar, rasanya aku tak bisa lagi masuk kuliah pagi ini. perlahan ku buka pesan itu, kak Riska mengirim beberapa pesan melalui aplikasi pesan instan, selanjutkan deretan panggilan tak terjawab terlihat dengan nama yang sama, Irham Maulana. Ku kirim pesan singkat kepada kak Irham, kami hanya berbeda dua jam saja, jadi ku pikir ini tidak terlalu subuh untuk mengirimnya pesan. Jawaban yang ku tunggu tak juga datang. ku putuskan untuk langsung menelfon ke Indonesia, suara abah terdengar parau dari sana: “adek, kenapa nelfon malam-malam begini, ada masalah? Abah siap dengerin kok”. Air mataku berlinang, Abah masih saja sempat menyembunyikan rasa sakitnya. “emm, Abah katanya abah lagi sakit ya, kok ga bilang sama adek sih?, Abah ga sayang lagi sama adek?.. abah terdiam sejenak, “Abah ga sakit, kemarin kak Halim dan sarah datang kesini, muka abah pucat, abah baru pulang dari kebun makannya mereka menyangka abah sakit.”..”syukurlah kalau abah tidak apa-apa, abah jangan terlalu capek ya, nanti sarah khawatir…. Sarah takut Abah…” “abah gapapa kok sar, sarah gaada kuliah? Udah sholat? Sarah kalau sholat jangan lupa doain keluarga disini, doakan kaka-kakakmu dan terutama doakan orang-orang yang ada di sekitarmu, abah titip pesan biar Sarah jaga diri disana. Sarah sebentar lagi kan ulang tahun ya? Sarah kepengen apa dari abah”, bibirku kelu untuk berucap, Abah, aku gapengen apa-apa selain dekat dengan abah sekarang. “Sarah… masih disitu ya?”.. “iya Bah, sarah kepengen… apa ya… kalau sarah kepengen makan bareng di tempatnya Bu Minah gimana? Bisa gaa? Hihi” aku menggigit bibir, Abah, andai Abah tau serindu apa Sarah sekarang. “iya, Inshaallah kalau umur Abah masih lama, Sarah pokoknya jangan khawatir kalau pulang abah beliin apa yang sarah mau. Abah sayang sama Sarah” kata-kata yang terakhir terdengar berat di ucapkannya. Umur abah masih terhitung muda, ummi meninggalkan abah dua tahun yang lalu karena penyakit yang tidak pernah diceritakannya pada kami, bahkan abah tau ummi sakit dua minggu sebelum ummi wafat. “Sarah juga sayang sama Abah, Abah sehat terus ya,,, nanti Sarah pulang bawa yang Abah mau, abah mau apa?. “baru juga beberapa bulan disana.. belajar yang benar Nak… gausah mikir-mikir pulang ya! Abah baik-baik saja disini, Abah sayang kamu Sarah”. Beberapa obrolan kami berlalu setelah itu, dengung adzan subuh kembali terdengar, meski dengan lirik yang sama dan mungkin muadzin yang sama pula namun semangat yang dibawanya selalu baru, ya semangat untuk terus menuntut ilmu.
          Pelajaran pertama selesai, aku harus melalui beberapa kuliah hari ini, niatku ku urungkan kuliah kedua aku batalkan aku bisa masuk kuliah ini di kelas lain dengan jam yang agak lenggang. Selanjutnya aku melangkah menuju ke perataran masjid untuk Sholat Dhuhur. “Sarah, Abah meninggal” dadaku sesak. “Maksud kaka apa?”. “Sarah kamu yang sabar ya” kaka gabisa pesankan tiket buat hari ini.. ana gabisa pulang kak? Sarah.. sabar ya… air mataku tak terbendung lagi. aku berjalan setengah berlari menuju flatku. Beberapa orang memendangiku aku tak peduli sungguh tak peduli. Abah, seru ku dalam hati, kenapa secepat ini. abah bilang abah sayang Sarah, tapi abah ninggalin sarah, sarah salah apa? Sarah ini anak yang ga berguna buat abah, cuman bisa nyusahin abah dan sekarang abah pergi sebelum sarah sempet setidaknya cium tangan abah buat terkhir kali.
          Ku sambangi fotoku dan abah saat terakhir kali di bandara. Terlihat senyum binar abah, matanya memancarkan keteduhan yang luar biasa. Abah tidak lagi muda, guratan penuan sudah nampak tapi aura mudanya tak pernah pudar, kami masih sempat nonton film bareng, pergi memancing, jalan-jalan dan sekedar ngobrol sampai larut malam. Abah tidak menyelesaikan magisternya namun semangat belajarnya tidak pernah surut. Mesir adalah negara yang belum terinjak oleh kaki abah. Karenanya abah sangat ingin aku sekolah disini... Abah, abah adalah orang yang tidak banyak mengeluh…. Beberapa kali ponselku berdering, aku tak terengah, fikiranku sekarang hanya Abah. Ku tarik bagian bawah meja belajarku, ku buka buku harianku, kuncinya tergantung rapih disana, semejak di mesir hanya sekali saja aku menulis disitu, ku buka lembaran demi lembarannya, tinta pulpen sudah mulai memudar. Sebelum sampai ke halaman terakhir, secarik kertas berwarna biru menyembul. Tulisan abah fikirku, perlahan aku buka lipatannya. “Nak, bersegeralah menuju mimpimu. Kamu anak yang cantik dan baik. Jaga kesehatanmu disana. Abah sayang Sarah”. Ya Allah, Abah tak peranah berhenti mengkhawatirkanku, menjagaku dalam doa-doanya.. bahkan saat aku akan berangkat abah masih sempat menyelipkan kertas ini di buku harianku… Abah, Sarah rindu Abah……. Sarah janji tidak akan mengecewakan Abah lagi, Sarah janji :”)

Rindumu tamatkan luka, akhiri risau, tepiskan sendu,
Abah, senja tak pernah berhenti menampakkan keindahannya
Namun senyum Abah mengalahkan segala keindahan termasuk senja
Abah, jangan biarkan rindu terpasung karena jauhnya jarak..
Biarkan rindu mendekat karena rekatnya kasihmu…
Abah…..

Pink, Warna sejuta Wanita


        Setiap orang mempunyai salah satu jenis warna yang sangat disukai dari sekian banyak warna yang ada atau yang biasa disebut dengan warna favorit. Sahabat, Apa jadinya jika dunia hadir tanpa warna? Semua akan terlihat monoton dan tak ceria bukan? Tidak hanya hitam dan putih, ratusan bahkan lebih warna hadir untuk melengkapi hidup kita.Warna merupakan suatu keindahan. Setiap orang punya tipe warna, dan sering kali warna itu tergantung pada suasana hati setiap orang. Dan sering kali pula, suasana hati seseorang dapat menghancurkan warna-warna itu.
        Menurut Albert H. Munsell, warna merupakan elemen penting dalam semua lingkup disiplin seni rupa, bahkan secara umum warna merupakan bagian penting dari segala aspek kehiduan manusia. Tanpa warna, kita tidak dapat menggambarkan sesuatu secara signifikan. Coba bayangkan, jika seorang seniman melukis hanya mengunakan warna hitam atau putih saja, mungkin lukisannya akan terlihat kurang menarik dan bahkan kurang sempurna. Tetapi, kalau lukisan tersebut dipadukan dengan berbagai macam warna maka keindahan pun akan terpancar pada lukisan tersebut. Warnalah yang membuat lukisan itu menjadi lebih hidup, dan warnalah yang membuat orang jatuh hati ketika memandangnya.
       Masing-masing warna punya arti dan karakternya sendiri-sendiri, tak heran jika warna dapat mewakili identitas si penyuka. Begitu pun saya yang sangat menyukai warna pink dan biru. Mengapa demikian? Pink merupakan warna favorit saya sejak kecil.  Warna pink atau merah muda itu identik sama perempuan, warna pink juga menandakan kefeminiman seorang perempuan, atau keanggunan seorang muslimah. sudah fitrah seorang perempuan menyukai warna-warna yang cerah. Mungkin itu sebagian alasan saya menyukai warna pink. Setiap membeli sesuatu pasti yang pertama saya cari adalah warna pink. Mulai dari pakaian hingga barang-barang kecil. Semua barang yang saya miliki didominasi oleh warna pink. Hingga warna kamar selalu memilih warna pink. Tapi bukan berarti saya tidak mempunyai warna lain.
        Menurut DORAR INFO, Warna pink dikenal sebagai warna feminim. Namun dibalik feinimnya. Warna ini menyembunyikan kepribadian yang misterius. Orang yang menyukai warna memiliki sifat yang romantis, hangat, suka membantu, penyanyang dan mempunyai kesederhanaan spiritual. Ia mengganggap orang-orang yang peduli padanya sebagai sesuatu yang paling berharga yang pernah di miliki. Ia juga membutuhkan kedekatan, dengan aturan dan perubahan.
        Seiring waktu saya mulai menyukai warna lain. Bukan hanya pink melulu. Saya mulai menyukai dan mengoleksi beberapa warna yang menarik tapi tetap pink menjadi warna paling favorit. Saya juga penyuka warna biru, entah kenapa setiap kali melihat warna biru kesannya begitu teduh, dan tentram. Apalagi kalau sedang menatap langit biru. Warna biru sama saja seperti warna pelangi lainnya. setiap orang berhak memilih warna favoritnya. Begitu pula dengan warna biru. Coba bayangkan bagaimana kalau langit berwarna hijau? Pasti tidak enak dipandang dan membuat suasana menjadi berbeda.
     Warna biru memiliki kesan kejernihan dan lembut, seperti air yang mengalir, energinya naik dan surut untuk melakukan suatu gerakan. Jadi yang menyukai warna biru adalah orang yang penyayang dan berjiwa bebas. Ia percaya, kecantikan itu datang dari dalam diri yang membuatnya cantik seutuhnya. Orang yang menyukai warna biru biasanya dapat di andalkan untuk memecahkan suatu masalah. Kadang menjadi tipe pemurung, tapi ia menyenangkan dan selalu bertindak pasif dalam segala hal, serta selalu mendambakan kedamaian dan ketenangan. dorar info.com
     Ternyata warna kesukaan itu berpengaruh dari keadaan sekitar dan kegiatan yang kita lakukan, atau  menjadi suatu kebiasaan. Nah, apapun dan bagaimana pun sifat pink dan biru, saya akan selalu menjadikan urutan pertama di antara semua warna. Bagaimana dengan warna favorit kalian?

--------------------------------------------------------

Nasihat Sang Ayah Menjadikannya Ilmuwan Wanita Indonesia

       Saat ini, mungkin tidak banyak perempuan yang ingin mendedikasikan dirinya sebagai Peneliti Ilmu Sains. Serius, rumit, dan berbelit terbayangkan saat mendengar bidang keilmuawan yang sebagian besar masih didominasi oleh kaum Adam tersebut. Namun berbeda dengan Sri Fatmawati S,Si M.Sc Ph.D adalah seorang ilmuwan wanita Indonesia, kelahiran Madura 3 November 1980 ini berhasil meneliti mengenai Spesies laut yaitu spons dan menganalisis potensi medis ekstrak tumbuhan dan jamur sebagai senyawa obat yang potensial untuk pengobati penyakit seperti Malaria, infeksi, Kanker dan Alzheimer.
Semasa kecil, Fatma sering diobati dengan jamu obat tradisioanal Indonesia oleh Ibundanya. Dari pengalamannya melihat kekuatan penyembuhan dengan bahan-bahan alami itulah, beliau terinspirasi untuk menjadi ahli kimia dalam bidang sains. Lahir dari keluarga sederhana, putri pertama dari pasangan Muhammad Munif dan Siti Hasanah. Sang ayah yang hanya berprofesi sebagai guru SD sejak kecil selalu mendidiknya untuk berilmu tinggi. Bapak selalu menasihati saya “kamu harus menjadi orang yang berilmu, orang akan ditinggikan derajatnya kalau berilmu. Meskipun kamu perempuan kamu harus lebih tinggi pendidikannya dari Bapak” ujar fatma meniru ucapan Bapaknya. Ayahlah yang paling berperan dalam mendidiknya sementara ibunya mengurus kedua adiknya.
         Memulai kariernya di Insitut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan menjalani riset pascasarjannanya di Indonesia dan jepang mengantarkan dirinya meraih gelar PhD dari Universitas Kyushu Fakuoka jepang yang secara khusus meneliti spesies laut, spons yang merupakan jenis invertebrata laut paling primitif. Alasan beliau menekuni bidang tersebut karena keanekaragaman senyawa yang terkandung di dalamnya sehingga berpotensi mengobati penyakit seperti malaria, infeksi, kanker dan Alzheimer dari bahan-bahan alami. Berkat penelitian tersebut beliau berhasil meraih penghargaan international yang digelar atas kerjasama raksasa kosmetika Perancis, L\\\'Oreal dengan Badan Pendidikan PBB UNESCO. Penelitiannya juga mengantarkan beliau meraih beasiswa International Fellowships L\\\'Oreal- UNESCO For Women In Science pada tahun 2013.
         Setelah meraih penghargaan International pada tahun 2013 yang lalu, beliau  kembali meraih penghargaan Early Chemist Award dalam ajang The International Chemical Congress of pacific Basin Societies 2015 di Honolulu, Hawaii, 20 Desember 2015. Gelar ini diperoleh atas ketekunannya dalam penelitian di bidang kimia Organik Bahan Alam. Early Chemist Award merupakan penghargaan bagi peneliti muda dibidang kimia dan ilmu spektroskopi. Penghargaan tersebut diberikan kepada 40 peneliti yang memiliki rekam jejak dan publikasi terbanyak.
          Sebagai langkah awal, beliau menyeleksi berbagai tanaman yang berpotensi sebagai obat diabetes di Indonesia. Hidup di negara yang belum sepenuhnya mendukung penelitian dasar tentu memberikan kendala tersendiri, tak jarang beliau kesulitan untuk membeli bahan kimia, enzim dan lain-lain. Kesulitan tersebut tak menyurutkan tekadnya untuk terus berkontribusi mengembangkan penelitiannya, beliau juga sering memotivasi para mahasiswanya supaya lebih baik dari dirinya. Berkat ketekunannya beliau menyandang gelar Kartini Award 2015 sebagai The Most Inspiring Woman karena kesuksesannya di bidang yang dia tekuni. Beliau juga mengaku termotivasi untuk bisa terus berprestasi karena ingin mempunyai jejak sejarah hidup yang baik.
         Dosen jurusan kimia FMIPA ITS tersebut juga mendapatkan penghargaan International untuk kesekian kalinya yaitu masuk sebagai 5 peneliti wanita terbaik di dunia. Sungguh sebuah prestasi yang membanggakan sekaligus membawa nama baik negara di Indonesia di kancah International, berkat perjuangannya tersebut beliau mendapatkan penghargaan The 2016 Elsevier Foundation Awards for Early Career Women yang di gelar di Washington DC, Amerika serikat. Penghargaan tersebut diserahkan pada saat acara the Gender & Minorities Networking Breakfast at the American Association for the Advancement of Science (AAAS) Annual Meeting di Washington DC, Amerika serikat. Menurutnya ilmu pengetahuan merupakan bagian dari jiwanya, beliau juga berharap akan lebih banyak generasi muda yang bisa berbagi ilmu pengetahuan untuk kehdupan yang lebih baik.

Konspirasi Hati


Kau masuk secara diam-diam
Tanpa permisi dan tanpa kata
Entah bagaimana caranya??
Kau berhasil masuk melewati benteng yang telah kubangun kokoh dihatiku
Bagaimana bisa?
Namun dengan cepat ku bangun benteng yang telah roboh karena ulahmu
Aku tak mau membuka hati sebelum saatnya tiba
Ku rasa benar..
Perkara sebelum jatuh cinta adalah penggulangan.

Teruntuk Wanita Terhebatku




 Sebongkah Cinta Untuk Bidadari Hati,
 Dear ibuu,,

          Sejak saat itu, Perputaran waktu kian lama berjalan. Terniang termenung sendiri dalam ruang hampa yang pengap, dalam ruang yang sangat sunyi, dalam suasana hati yang gundah gelisah. Disudut ruang terpancar cahaya lilin, memberikan penerangan diruang yang gelap, menyinari seluruh sudut ruang dalam hati. Selalu terniang sesosok wajah yang dicinta. Lewat hembusan angin yang bertiup kencang. Ku sampaikan isi hatiku. Sebuah perasaan yang sudah lama terpendam.
         Secoret kata ini, kutuliskan betapa besar pengorbanan’mu untuk anak’mu, kini aku bisa memahami, betapa berartinya dirimu di duniaku. Besar pengorbanan yang engkau berikan, tak satupun langkahmu yang tak berarti di hidupku. Kau keluarkan semua tenagamu untuk melahirkanku. Meski semua yang terbaik telah ku berikan padamu. Itu semua tak akan bisa menggantikan setiap derai pengorbananmu.
        Ibuu, aku adalah bocah kecilmu dulu. Yang sering kau timang dengan nina bobomu, kau belai rambutku dengan penuh kasih sayang, yang sering kau gendong dengan tangan kasihmu. Yang sering kau kecup dengan bibir lembutmu.
       Ibuu, aku juga adalah bocah kecilmu Yang sering kau gendong di saat aku merenggek-renggek meminta uang jajan. Kau yang pertama kali mengantarkanku masuk sekolah dasar. Kau sering menguatkanku ketika anakmu ini di olok-olok oranglain. Kau sebagai tempat mengagaduku setiap kali anakmu ini kesulitan.
       Ibuu, kau menjagaku dengan segudang jerih payahmu, tak peduli seberapa lelahnya dirimu, kau santuni aku dengan keringatmu. Kau dekap aku dengan kehangatan tubuhmu, Kau rawat aku dengan berjuta kasih sayang, bak laksana samudera yang terbentang luas, laksana bintang-bintang yang tersusun tinggi terbentang indah di langit.
       Masih terngiang di pikiranku, kala itu kau yang pertama kali mengajariku bersepedah, kau semangati aku dengan penuh kesabaran. Sampai aku bisa mengayuh sendiri. Kau laksana pelita dalam hatiku. Ibuu,,ingatkah ketika bocah kecilmu ini terbaring tak berdaya, kau tak pernah sedikit pun beranjak dari hadapanku, kau rela menahan kantuk untukku, kau sembunyikan letihmu dalam senyumanmu, kau kompres aku dengan penuh kesabaran, setiap saat kau memegang keningku untuk memastikan panasku sudah turun. kau lantunkan doa terbaikmu,. Ketika aku mengeluh karena rasa sakit, kau yang menenangkanku dalam dekapanmu. Sungguh berharga sekali pengalaman itu dan semua itu akan terus tersimpan di memory ingatanku.
       Ibu, sekali lagi bocah kecil itu adalah aku. Kini aku telah beranjak dewasa, kini bocah kecilmu ini sudah tidak pantas lagi kau gendong, tidak layak lagi untuk kau nina bobokan, yang kau ulurkan beberapa suap nasi di bibirnya. Teringat ucapan ibu “sedewasa apapun kamu nak, bagi ibu kau tetap anak ibu.” Kata-kata yang sangat menyetuh sampai detik ini.
      Ibu, izinkan aku hari ini menulis surat untukmu. Mengungkapkan semua rasa sayangku pada ibu. Usiamu boleh surut dimakan usia, tetapi rasa sayang dan pengabdian ini tetap untukmu bu, yang tak akan lekang oleh waktu, yang tak akan surut untuk disingkirkan. Terima kasih telah merawatku selama 21 tahun ini bu. Terima kasih telah berjasa dalam setiap langkah hidupku. Kau sebaik-baik bidadari dihatiku.

Salam Hormat dan Rinduku


Bocah kecilmu
 Ida syahidah