Nasihat Sang Ayah Menjadikannya Ilmuwan Wanita Indonesia

       Saat ini, mungkin tidak banyak perempuan yang ingin mendedikasikan dirinya sebagai Peneliti Ilmu Sains. Serius, rumit, dan berbelit terbayangkan saat mendengar bidang keilmuawan yang sebagian besar masih didominasi oleh kaum Adam tersebut. Namun berbeda dengan Sri Fatmawati S,Si M.Sc Ph.D adalah seorang ilmuwan wanita Indonesia, kelahiran Madura 3 November 1980 ini berhasil meneliti mengenai Spesies laut yaitu spons dan menganalisis potensi medis ekstrak tumbuhan dan jamur sebagai senyawa obat yang potensial untuk pengobati penyakit seperti Malaria, infeksi, Kanker dan Alzheimer.
Semasa kecil, Fatma sering diobati dengan jamu obat tradisioanal Indonesia oleh Ibundanya. Dari pengalamannya melihat kekuatan penyembuhan dengan bahan-bahan alami itulah, beliau terinspirasi untuk menjadi ahli kimia dalam bidang sains. Lahir dari keluarga sederhana, putri pertama dari pasangan Muhammad Munif dan Siti Hasanah. Sang ayah yang hanya berprofesi sebagai guru SD sejak kecil selalu mendidiknya untuk berilmu tinggi. Bapak selalu menasihati saya “kamu harus menjadi orang yang berilmu, orang akan ditinggikan derajatnya kalau berilmu. Meskipun kamu perempuan kamu harus lebih tinggi pendidikannya dari Bapak” ujar fatma meniru ucapan Bapaknya. Ayahlah yang paling berperan dalam mendidiknya sementara ibunya mengurus kedua adiknya.
         Memulai kariernya di Insitut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan menjalani riset pascasarjannanya di Indonesia dan jepang mengantarkan dirinya meraih gelar PhD dari Universitas Kyushu Fakuoka jepang yang secara khusus meneliti spesies laut, spons yang merupakan jenis invertebrata laut paling primitif. Alasan beliau menekuni bidang tersebut karena keanekaragaman senyawa yang terkandung di dalamnya sehingga berpotensi mengobati penyakit seperti malaria, infeksi, kanker dan Alzheimer dari bahan-bahan alami. Berkat penelitian tersebut beliau berhasil meraih penghargaan international yang digelar atas kerjasama raksasa kosmetika Perancis, L\\\'Oreal dengan Badan Pendidikan PBB UNESCO. Penelitiannya juga mengantarkan beliau meraih beasiswa International Fellowships L\\\'Oreal- UNESCO For Women In Science pada tahun 2013.
         Setelah meraih penghargaan International pada tahun 2013 yang lalu, beliau  kembali meraih penghargaan Early Chemist Award dalam ajang The International Chemical Congress of pacific Basin Societies 2015 di Honolulu, Hawaii, 20 Desember 2015. Gelar ini diperoleh atas ketekunannya dalam penelitian di bidang kimia Organik Bahan Alam. Early Chemist Award merupakan penghargaan bagi peneliti muda dibidang kimia dan ilmu spektroskopi. Penghargaan tersebut diberikan kepada 40 peneliti yang memiliki rekam jejak dan publikasi terbanyak.
          Sebagai langkah awal, beliau menyeleksi berbagai tanaman yang berpotensi sebagai obat diabetes di Indonesia. Hidup di negara yang belum sepenuhnya mendukung penelitian dasar tentu memberikan kendala tersendiri, tak jarang beliau kesulitan untuk membeli bahan kimia, enzim dan lain-lain. Kesulitan tersebut tak menyurutkan tekadnya untuk terus berkontribusi mengembangkan penelitiannya, beliau juga sering memotivasi para mahasiswanya supaya lebih baik dari dirinya. Berkat ketekunannya beliau menyandang gelar Kartini Award 2015 sebagai The Most Inspiring Woman karena kesuksesannya di bidang yang dia tekuni. Beliau juga mengaku termotivasi untuk bisa terus berprestasi karena ingin mempunyai jejak sejarah hidup yang baik.
         Dosen jurusan kimia FMIPA ITS tersebut juga mendapatkan penghargaan International untuk kesekian kalinya yaitu masuk sebagai 5 peneliti wanita terbaik di dunia. Sungguh sebuah prestasi yang membanggakan sekaligus membawa nama baik negara di Indonesia di kancah International, berkat perjuangannya tersebut beliau mendapatkan penghargaan The 2016 Elsevier Foundation Awards for Early Career Women yang di gelar di Washington DC, Amerika serikat. Penghargaan tersebut diserahkan pada saat acara the Gender & Minorities Networking Breakfast at the American Association for the Advancement of Science (AAAS) Annual Meeting di Washington DC, Amerika serikat. Menurutnya ilmu pengetahuan merupakan bagian dari jiwanya, beliau juga berharap akan lebih banyak generasi muda yang bisa berbagi ilmu pengetahuan untuk kehdupan yang lebih baik.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »