Setitik OASE Dalam Menggapai Mimpi

Setitik OASE Dalam Menggapai Mimpi

Semua berawal dari sebuah mimpi dan keinginan yang kuat. Kutulis satu persatu mimpiku dalam selembar kertas. Kutempelkan kertas itu di atas dinding meja belajarku, puluhan mimpi ku tulis tanpa menghiraukan akan terwujud atau tidak. Satu demi satu targetku tercoret dan menandakan targetku sudahlah tercapai. Mimpi terbesarku setelah lulus SMA adalah kuliah dengan beasiswa. Aku ingin meringankan beban orangtuaku. Sudah lumayan besar beban mereka untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. “jika ditambah dengan membiayai kuliahku sungguh tak mungkin bisa” pikirku. Memang begitu adanya. Itulah motivasi terbesarku kenapa aku ingin kuliah dengan beasiswa. Aku sangat mengetahui bagaimana kondisi keungan keluargaku yang sungguh tidak memungkinkan untuk membiayai kuliahku. Semangat untuk belajar menjadi peganganku untuk meraih mimpi.

Aku lahir dari keluarga yang kurang berkecukupan, Bapakku tidak bekerja, karena keterbatasan fisiknya. Sejak lahir Bapak memilik fisik yang tidak sempurna seperti kebanyakan orang normal, walaupun begitu aku tak pernah malu memiliki Bapak seperti beliau, bahkan aku merasa bangga di tengah keterbatasan fisiknya, beliau tidak pernah menjadi pengemis ataupun peminta-minta. Berbekal ilmu yang di dapatnya  ketika masih di pesantren Bapak di amanahkan untuk mengisi pengajian di berbagai tempat atau lebih tepatnya disebut sebagai Mubaligh. Alhamdulilah dengan ilmu itulah bapak menjadi seseorang yang disegani dan tidak di pandang sebelah mata. Hasil infaq sukarela dari hasil mengisi pengajian tersebut, bapak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Kalau ibuku adalah seorang ibu rumah tangga dan bekerja sebagai buruh yaitu mensortir sisa-sisa hasil produksi limbah pabrik seperti kain atau benang, itupun hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari. Bisa dibayangkan betapa sulitnya ekonomi keluargaku. Ya begitulah adanya, dengan penghasilan yang tak menentu harus bisa mengelolanya dengan baik. Alhamdulilah orangtuaku adalah orang yang pandai bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Mereka tidak pernah mengeluh sedikit pun.

Perjalananku untuk mendapatkan pendidikan tidaklah mudah, Saat SD aku sudah di didik untuk mandiri karena keadaan keluargaku yang tidak mungkin memanjakanku seperti anak oranglain. Setelah.menempuh pendidikan dasar selama 6 tahun, aku dinyatakan lulus dengan hasil yang memuaskan. Jujur aku sangat senang sekali, semua guru memberikan ucapan selamat. “selamat ida, teruskanlah pendidikanmu sampai ke jenjang yang lebih tinggi lagi, semoga sukses” Ya kalimat itulah yang diucapkan Kepala Sekola dan para dewan guru.

Setelah lulus SD, aku melanjutkan sekolahku ke tingkat yang lebih tinggi yaitu SMP, ekonomi keluarga mulai sulit, ibuku berhenti berkerja karena tempat ibu bekerja mengalami kebangkrutan. Akhirnya Bapak mencari nafkah sendirian. Hampir pada saat itu aku harus berhenti sekolah karena keterbatasan biaya. Beruntunglah pada waktu itu ada Program Pemerintah yang mengratiskan sekolah sampai tingkat SMP, jadi aku masih bisa bersekolah meskipun dari kalangan tidak mampu. Untuk pergi ke sekolah yang ada di perkampungan desa, aku harus berjalan kaki sejauh 4 KM, maka tidak ada pilihan selain melewati sawah dan menyusuri rel kereta api setiap hari. Perjuangan yang cukup melelahkan untuk meraih cita-cita. Meskipun demikian aku tak pernah mengeluh tentang keadaan tersebut. Aku berkeyakinan dengan terus menempuh pendidikan aku bisa sukses. Selama bersekolah aku belajar dengan rajin dan penuh semangat, dan untuk pertama kalinya aku terjun ke dunia organisasi yaitu OSIS dan mengikuti berbagai ekstrakulikuler seperti Pramuka dan PMR.

Tiga tahun berlalu, setelah lulus dari SMP pikiranku mulai galau kembali, di satu sisi aku ingin sekali melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, tetapi di sisi lain ekonomi keluarga sudah tidak mendukung. Namun, aku mulai memberanikan diri untuk berbicara tentang kelanjutan sekolahku. Berkenaan dengan melanjutkan pendidikan Bapak tidak banyak bicara. Beliau diam ketika aku mengutarakan keinginanku untuk melanjutkan sekolah. Sejenak bapak diam dan berkata “Nak, Bapak mendukungmu untuk melanjutkan pendidikan, tetapi kamu juga harus tau, kita orang biasa untuk makan saja susah, sudahlah kamu ikut kerja saja sama kakakmu ke pabrik, sekolah sampai SMP pun sudah cukup.” Mendengar perkataan tersebut, separuh hatiku hancur, betapa tidak perjuangan selama 9 tahun apakah akan sirna selama 1 detik ucapan Bapak.

Melihat anaknya yang larut dalam kesedihan, akhirnya Bapak mengusahakan agar aku tetap lanjut ke sekolah yang lebih tinggi lagi. “Nak, Bapak sudah berbicara dengan teman Bapak, beliau mempunyai sekolah sekaligus ketua yayasan disana. kamu bisa ikut sekolah disana secara gratis, kamu bisa tinggal bersama beliau, selagi pembangunan pondok pesantren belum selesai.” Betapa senangnya setelah mendengar kabar tersebut, semangatku mulai bangkit kembali. Tak mengapa jika aku harus jauh dari keluargaku yang paling penting kenginanku untuk bersekolah bisa tercapai. 

Dengan niat yang kuat serta dukungan dari kedua orangtua akhirnya aku berangkat ke tempat teman Bapak namanya Pak Haji Urip, beliau sangat ramah sekali. Bapak menitipkanku kepada beliau. Akhirnya Aku resmi diterima sebagai siswa di Madrasah Aliyah AL- IRFAN Tanjungsari dan mengambil jurusan IPA. Berhubung sekolahnya masih baru dan hanya membuka satu jurusan, jadi aku tak bisa memilih jurusan sesuai minatku. Tetapi tak mengapa sudah bisa bersekolah pun sudah bersyukur. Di awal masuk sekolah aku mulai beradaptasi dengan kondisi lingkungan sekolah tersebut. Aku mulai aktif beroganisasi dan masuk menjadi pengurus OSIS, tak sampai disitu aku juga aktif di kegiatan ekstrakulikuler Pramuka. Kegiatan lain yang paling berkesan ialah mewakili sekolah mengikuti perkemahan Pramuka tingkat Cabang 2012, waktu itu aku dan teman-teman berhasil menjuarai lomba LKBB tingkat Nasional dan mendapat peringkat ke 2. Selain itu aku juga mengikuti kegiatan drum band dan selalu tampil ketika acara memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia di tingkat kecamatan.

Aku begitu ingat mimpiku semasa SMA adalah mempertahankan peringkat pararel tiap semester. Aku harus mengatakan “BISA” untuk mimpiku ini. Sungguh sulit untuk mempertahankannya. Memang benar mempertahankan sesuatu itu jauh lebih sulit dari pada meraih sesuatu yang belum pernah kita capai. Aku sudah membuktikan hal itu. Alhamdulilah mimpi itu tercapai hingga akupun lulus dari SMA. Dari semester 1-6 aku selalu menduduki peringkat pararel dari satu kelas. Tiap kali penerimaan Rapot aku selalu berdoa agar mimpiku tercapai. Jujur, walaupun aku dinilai sedikit memiliki kemampuan dari pada teman-temanku yang lain.

Selayaknya siswa kelas XII di SMA, topik yang paling hangat di bicarakan adalah tentang kuliah, aku adalah salah satu siswa yang merasa tidak nyaman jika dirundung dengan pertanyaan ini, “daa, kamu mau kuliah dimana?” Kalau ditanya seperti itu, aku hanya menjawabnya dengan senyuman, biarkan takdir hidupku yang menjawabnya dan nantikan jawabannya setelah lulus. Mulutku bisa berkata seperti itu, namun sungguh batinku tersiksa, “aku ingin kuliah, aku ingin kuliah kawan, seperti kalian”.Untuk sebagian teman, kuliah di perguruan tinggi negerti itu hal biasa, bahkan untuk kuliah di perguruan tinggi swasta pun bukan menjadi persoalan karena orangtua mereka memiliki kelapangan dalam hal finansial. Namun bagiku, anak dari seorang buruh yang tidak jelas penghasilannya, bukanlah hal mudah untuk menjawab pertanyaan semacam itu. Selama masa-masa itu aku hanya berani menyebut keinginanku untuk kuliah itu dalam do’a disetiap aku sholat, hanya berani mengadukan kegundahan hati saat itu pada yang Maha Pemberi Rezeki, pada Allah SWT.

Saat waktu untuk kuliah semakin dekat banyak sekali mahasiswa yang mengunjungi sekolahku untuk bersosialisai tentang perguruan tinggi mereka. Mereka sangat antusias memperkenalkan Universitas mereka. Mulai dari prestasinya, beasiswanya, fasilitasnya, dan lain-lain. Saat itu ada sosialiasi dari Mahasiswa UNPAD yang menceritakan tentang Beasiswa dari pemerintah yaitu Beasiswa Bidikmisi, dimana beasiswa tersebut diperuntukan untuk siswa yang kurang mampu dalam segi finansial akan tetapi berprestasi baik dibidang akademik maupun non akademik. Beasiswa tersebut membiayai kita sampai lulus plus di tambah dengan pemberian uang saku senilai Rp. 600.000/ bulan. Rasa tak percaya pun mengelilingi kepalaku. Sungguh aku baru mendengar beasiswa tersebut, dalam benakku bertanya-tanya “apakah aku bisa mendapatkannya?”. Pokoknya aku bingung apa yang harus aku katakan, yang jelas “aku ingin sekali mendapatkan beasiswa itu entah bagiamana caranya yang penting bisa kuliah tanpa memberatkan orangtua”.

Setelah mendapatkan informasi tentang Beasiswa, aku memutuaskan untuk memberanikan diri menyampaikan hal ini pada Bapak dan Ibu. Seperti biasa, sehabis sholat maghrib berjama’ah, kami sekeluarga tadarus bersama, dan ketika sudah selesai biasanya kami selalu mengobrol santai. Dan inilah kesempatan yang paling kondusif bagi kami untuk membahas banyak hal, misalnya tentang sekolah, masalah keluarga, dan hal-hal lain. Ya, inilah saat yang tepat untuk membicarakan masalah kuliah. Aku memberanikan diri, dengan mengucapkan bismillah dalam hati, aku mulai percakapan malam itu, “Bapa, Ibu, ida atos kelas 3 SMA, ida hoyong neraskeun kuliah Pak, bu, manawi saur bapa sareng ibu, pami ida diteraskeun kuliah, tiasa henteu?.” Begitulah ungkapanku dalam bahasa sunda. Setelah mengucapkan kalimat itu, aku menatap wajah Bapak dan ibuku lekat-lekat, ekspresi ibu waktu itu hanya diam dan melanjutkan makannya, namun Bapak beliau terdiam dan terhenti dari makannya. Melihat tanggapan Bapak seperti itu, perasaanku mulai tak enak, jantung berdebar kencang, takut menanti kata-kata apa yang akan bapak lontarkan terkait hal ini. Akhirnya bapak menjawab, “Neng bapak henteu ngaulahkeun neng kanggo kuliah, tapi biaya kuliah teh mahal, bilih henteu kabiayaan ku bapak, kumaha pami kuliah neng mogok di tengah jalan?.” Setelah aku mencoba menjelaskan bahwa ada beasiswa bidikmisi, akhirnya orangtua mendukung untuk mendaftar beasiswa tersebut.

Ku bulatkan tekadku dan kutanamkan rasa percaya diri bahwa aku bisa. Aku menemui Pak Abdul Staf TU di sekolahku yang bertugas dalam mengurus pendaftaran siswa yang akan melanjutkan ke PTN, aku mendaftakan diri melalui jalur SNMPTN + Bidikmisi. Namun setelah menunggu beberapa hari takdir berkata lain, Hari itu, harapan untuk meringankan beban orangtua terasa menghilang menjadi angan-angan yang tak sampai. Pak Abdul memberitahukan bahwa sekolah kita tidak bisa mendaftar beasiswa bidikmisi, karena user id nya tidak diberikan. Mungkin karena sekolahnya masih baru dan baru mengeluarkan 1 angkatan, minimal sudah ada 2 angkatan yang keluar untuk mendaftarkan sekolah kita ke dikti kita bisa mencobanya lagi tahun depan. Betapa sedihnya aku saat itu, hingga aku tidak mampu mengontrol kata-kata yang keluar dari mulutku.

Memang menyedihkan, di saat teman-temanku dari sekolah lain bisa lanjut kuliah, aku malah harus berhenti dan mengubur semua impianku, karena memang tidak ada pilihan lagi selain pilihan itu. sejak saat itulah aku memutuskan untuk bekerja dan mencari uang untuk membantu perekonomian keluargaku. Aku mulai aktif mencari lowongan pekerjaan, dan memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di sebuah perusahaan Tekstill. Namun lamaran ku di tolak, perusahaan tersebut hanya membutuhkan karyawan yang bisa menjahit, sedangkan aku tidak mempunyai keahlian untuk itu. Dalam hati kumerintih, “Ya Rabb, cobaan apa lagi ini, kau uji aku dengan tantangan lagi” kembali ke prinsip awal, bahwa semuanya adalah bagian dari skenario Allah yang ingin melihatku melewati setiap prosesnya dengan baik.

Akhirnya aku pulang ke rumah dengan rasa sedih, bingung, dan kecewa, itulah yang pada saat itu aku rasakan. Kuliah tak jadi dan mendapat pekerjaan pun sulit. Masih di hari yang sama, Allah memberi jawaban terhadap kesedihanku. Di sore harinya aku mendapat SMS dari teman SMP ku dulu. Dia mengabarkan bahwa dia akan mendaftar kuliah dengan beasiswa di Universitas Terbuka, dia juga menjelaskan bukan biaya kuliah saja yang gratis bahkan kita akan mendapatkan uang saku nantinya, dia pun menyuruhku untuk mencoba mendaftar. Sejenak rasa penasaran pun mengelilingi pikiran ku, tanpa berpikir panjang aku pergi ke warnet dan langsung mencari informasi tentang Universitas Terbuka. Kemudian aku membaca tentang sejarah UT, Visi dan Misi serta sistem pembelajaranya. Barulah aku tau kalau UT itu adalah perguruan tinggi negeri ke 45 di Indonesia. Tak sampai disitu aku mencari informasi tujuanku yaitu beasiswa, dan ternyata benar UPBJJ-UT Bandung membuka pendaftaran beasiswa bidikmisi, tetapi jurusannya sudah di tentukan dari pusatnya dan hanya membuka 2 jurusan yaitu jurusan Biologi dan Akuntansi. Betapa terkejutnya ketika melihat tanggal pendaftarannya tinggal 2 hari lagi.

Diawali dengan bismillah dan tekad yang kuat aku memberanikan diri untuk mendaftar beasiswa tersebut. Aku segera mengisi formulir pendaftarannya dan menyiapkan segala berkas-berkas pendukungnya. Setelah semua persyaratannya lengkap aku berangkat ke UPBJJ-UT Bandung, dengan didamping oleh Pak Abdul Staff TU di sekolahku. Kemudian aku pun menyerahkan segala persyaratannya ke bagian informasi. Dan bagian informasi mengatakan apabila dalam tahap seleksi administrasi lolos akan diberitahukan kembali.

Setelah beberapa hari aku menunggu pengumuman selanjutnya dari pihak UT, akhirnya pemberitahuan itu datang, aku dinyatakan lolos dalam seleksi pemberkasan tahap 1, kemudian aku di undang lagi untuk datang ke UPBJJ-Bandung untuk mengikuti proses seleksi tahap 2 yaitu sesi interview. Ketika aku datang untuk interview betapa terkejutnya melihat calon mahasiswa yang cukup banyak, tetapi hanya 100 orang saja yang akan di terima. Meskipun koutanya sedikit tak menyurutkan langkahku untuk tetap optimis dan percaya diri untuk mengikuti tahap demi tahap proses seleksinya. Resah dan gelisah menunggu pengumuman  akhirnya aku mendapatkan pesan singkat.

Selamat siang,

Yth. Ida syahidah / MA AL-IRFAN Tanjungsari

Rektor Universitas Terbuka dengan ini menyatakan selamat dan sukses, anda terpilih sebagai salah satu Penerima Beasiswa Bidikmisi Universitas Terbuka Wilayah Bandung, Mohon kesediaannya untuk datang ke UPBJJ-Bandung untuk penandatangan kontrak kuliah.

Bandung, Juli 2013

a.n Rektor

kepala UPBJJ-UT Bandung

Dra. Dina Thaib, M.Ed

Pesan tersebut langsung ku sampaikan pada Bapak dan Ibu, mereka senang sekali. Air mata bercucuran membasahi pipi. Beberapa hari kemudian saya mendapatkan pengumuman resmi dari UT, isi pengumuman tersebut menyatakan bahwa saya di terima di Prodi Biologi.  

Sekarang tak terasa aku sudah menginjak di semester 8 dan sedang menunggu pengumuman Yudisium. Dengan jurusan yang sama sekali tidak aku sangka dan terbersit, namun inilah takdir disini aku mengenal banyak orang yang baik hati. Sahabat-sahabat yang baik. Untuk Bapak terimakasih atas semua perjuangannya sehingga aku bisa kuliah seperti sekarang ini, dan untuk Ibuku terimakasih telah mempercayai aku untuk mewujudkan mimpi kecil menjadi mahasiswa namun ini bukan akhir perjuangan, masih banyak perjuangan untuk meraih cita-cita nanti.

            Kisah ini mungkin sederhana aku bukanlah mahasiswa yang cumlaude IPK 4.00 aku hanya seorang anak yang pernah mempunyai sejuta mimpi, aku yang dulu bermimpi untuk kuliah pun takut kini sedikit demi sedikit mulai meniti masa depan. Jangan salahkan Bapak dan Ibumu ketika dalam ketidakmampuan, tetapi salahkanlah dirimu ketika masih tidak mampu dalam memperjuangkan mimpimu. Yakinlah  ketika kita punya mimpi jangan pernah menyerah berusahalah dan selalu libatkan Allah dalam setiap mimpi kita. Terus berjuang, Tetap semangat. Terima kasih Bidikmisi terima kasih Universitas Terbuka.

***

MERAIH CINTA DENGAN SHALAWAT

MERAIH CINTA DENGAN SHALAWAT

            Cinta, ah Betapa tak pernah membosankannya berbicara soal cinta. Berbicara soal cinta memang tidak akan ada habisnya, Bagaikan menguras air laut yang tak akan pernah surut. Ketika mendengar kata “Cinta” siapa orang yang tergambar di benak kita? Orang tuakah? Suami? Istri? Pacar? Anak? Sahabat? Teman? Atau bahkan Allah Swt.

Cinta, sesuatu yang bisa dirasakan namun tak mampu diartikan, walau ribuan kali terungkap faktanya hanyalah sesuatu yang tersurat, bahkan tersirat. Tiap kali berbicara tentang cinta, kisahnya selalu jadi sangat special dan indah di dalam sebuah realita hidup yang kerap diperankan oleh tiap tokoh dengan jalan cerita yang berbeda dan dengan cerita yang berbeda pula. Dan cinta membuat seseorang merasa dekat dengan pujaannya. Begitu pula kepada Allah Swt.

Beberapa bulan yang lalu saya berprofesi sebagai asisten dokter gigi di salah satu klinik. Tidak pernah terbayangkan sama sekali kalau perusahaan tempat saya bekerja terdampak pandemic covid-19, kala itu saya masih bekerja secara normal, Bahkan ketika pandemic ini sedang hangat diperbincangkan di Indonesia, Perusahaan tempat saya bekerja masih baik-baik saja dan beroperasi seperti biasa. Saya sudah bekerja selama satu tahun dan tepat di bulan Maret saya memperpanjang kontrak kerja sampai tahun depan. Rencana Allah memang tidak pernah ada yang bisa menebak. Memasuki Bulan April kunjungan pasien mulai sedikit menurun, mungkin pasien pun mulai takut untuk datang ke dokter gigi dalam kondisi seperti ini karena takut tertular virus covid-19.

Setelah mengalami penurunan pasien secara drastis, perusahaan mulai kebingungan bagaimana supaya masih tetap bisa survive ditengah pandemic seperti ini dan bisa menggaji karyawannya, maklum karena pendapatan perusahaan berasal dari kunjungan pasien yang datang. Perusahaan pun memutuskan untuk meliburkan karyawannya selama satu minggu, sambil menunggu kebijakan dari pemerintah. Dari situ saya masih berpikiran positif, rasanya senang bisa istirahat sejenak, kapan lagi bisa libur panjang pikirku dalam hati. Setelah seminggu berlalu saya mendapat kabar dari atasan saya kalau libur di perpanjang lagi selama satu minggu kedepan. Mendapat kabar seperti itu, pikiran saya mulai gak tenang, bagaimana tidak, melihat berita di social media banyak sekali karyawan yang mulai di rumahkan bahkan banyak pula yang terkena PHK, semoga ini tidak terjadi padaku gumamku dalam hati.

Dua pekan setelah di liburkan saya pun mendapat kabar dari atasan untuk datang ke klinik pada hari selasa pukul 17.00 WIB. Keesokan harinya saya datang ke klinik, saya sudah pasrah apapun yang terjadi itu menjadi ketetapan yang terbaik dari Allah. Dan tenyata benar apa yang saya khawatirkan selama ini, saya dan beberapa rekan yang lain di rumahkan sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan. Apakah kliniknya tutup? Tentu tidak, klinik tetap buka hanya saja cuman melayani pasien yang emergency seperti pendarahan pada gusi, gigi patah secara tiba-tiba, dan sakit gigi yang tidak tertahankan. Dan itu pun hanya empat dokter yang jaga dan lima Asisten dokter yang bekerja.  Bersyukur gaji kami di bulan tersebut masih di bayarkan meskipun hanya setengahnya dari total gaji yang biasa saya diterima. Kebingungan mulai saya rasakan, saya memikirkan dari mana biaya untuk membayar kosan, biaya makan sehari-hari dan keperluan yang lainnya. Tiga hari sebelum PSBB di berlakukan dan tiga hari menjelang Bulan Ramadhan saya memutuskan untuk pulang ke rumah orangtua dan memilih untuk tidak ngekos terlebih dahulu. Semua barang saya kemas dan saya bawa pulang. Saya tetap berhusnudzon kepada Allah saya yakin Allah punya rencana yang lebih indah lagi. Hikmahnya saya bisa berkumpul dan berpuasa di rumah bersama keluarga setelah dua tahun Ramadhan selalu di luar.

Malam Kemenangan pun tiba. Tapi siapa yang menang? Malam ini suara takbir bergema-gema dilangit. Memantul pada dinding setiap rumah. Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Dada terasa makin sesak, isak tangis pun tak lagi mampu ditahan. Lebaran Iedul Fitri tahun ini entah kenapa terasa lain. Berlebaran di tengah suasana pandemic, mungkin ini menjadi suatu musibah yang tak pernah terpikirkan oleh kita semua. Biasanya menjadi momentum yang paling di tunggu semua umat muslim di seluruh dunia, dengan segala tradisi yang dilakukan di setiap daerah terutama moment pulang kampung. Namun saya masih sangat bersyukur, bisa berkumpul bersama keluarga yang mungkin tidak semua orang bisa melakukannya di tengah larangan mudik dari pemerintah. Tapi disisi lain saya pun tidak bisa menyembunyikan kesedihan saya karena tidak bisa sepenuhnya berbagi pada orangtua, saudara, keponakan dan lain-lain.

Sudah hampir tiga bulan berlalu, tapi masih belum ada juga kejelasan dari perusahaan untuk dipanggil bekerja kembali. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajukan resign, meskipun ini keputusan yang sangat berat, karena harus meninggalkan suasana kerja yang nyaman dan teman-teman yang baik. Tetapi saya juga tidak bisa menunggu terus tanpa kepastian. Selama tidak bekerja saya hanya mengandalkan sedikit uang tabungan yang saya kumpulkan dari hasil bekerja. Dan saya pun menjadi reseller berberapa produk hijab dan makanan untuk menambah uang jajan serta membantu kedua orangtua.

 Setelah mengajukan resign, saya mulai mencari pekerjaan kembali melalui internet. Meskipun menurut sebagian orang akan sulit melamar pekerjaan di tengah suasana pendemic yang belum selesai, di tambah PSBB yang terus diperpanjang. Saya tetap berusaha dan ikhtiar karena yakin Allah tidak akan membiarkan hambanya kesusahan selama dia masih mau berusaha. Ketika saya sedang mencari pekerjaan di internet, tanpa sengaja saya melihat satu channel youtube yang membahas tentang “Keajaiban Sholawat” disana kreatornya bercerita tentang keajaiban sholawat yang dia alami selama mengamalkan bacaan sholawat. Saya pun penasaran dan mulai menonton videonya sampai selesai. Dari sana saya mendapatkan ilmu bahwa keutamaan sholawat itu banyak sekali salah satunya akan terhindar dari rasa gelisah, kekhawatiran, kepanikan, kecurigaan dan rasa kebingungan akibat masalah yang sedang dihadapi, dapat membuka pintu rezeki seluas-luasnya, dilapangkan segala urusannya di dunia, ditenangkan hati serta mendatangkan rahmat hidayah dari Allah Swt dan masih banyak lagi keutamaan sholawat yang lainnya.

ketika kita berdo’a mungkin sering kali merasa kalau do’a kita masih belum di kabulkan oleh Allah, itu mungkin sebenarnya do’a kita bisa saja terkabul setiap kita berdo’a. Namun bisa juga Allah menahannya karena sesuatu hal, bisa karena kita banyak berbuat maksiat, ujub, sombong, iri, dengki dan banyak lagi. Shalawat adalah pengantar yang baik, pendorong yang baik, buat apa? buat do’a. sering kita mendengar celetukan “Banyakin shalawat, biar keinginan dan hajat kita terkabul. Tanpa berpikir panjang saya pun sedikit demi sedikit mulai mengamalkan bacaan shalawat tersebut. Shalawat yang saya baca tidak panjang hanya “Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad” sebanyak 100x setiap selesai shalat fardhu dan selesai shalat dhuha. Ketika saya dalam perjalanan kemana-mana saya selalu membacanya sampai 1000x. Perasaan setelah membaca amalan sholawat ini hati saya bener-bener tenang, yang biasanya gelisah karena takut tidak mendapatkan pekerjaan lagi, sekarang menjadi lebih tenang dan pasrah atas semua kehendakNya.

 Selang tiga hari setelah mengajukan resign, Masya Allah dengan kekuasaan Allah dan amalan sholawat ini saya dapat panggilan kerja yang pertama, dan ini panggilan kerja tercepat yang pernah saya terima, ketika hari jumat apply lamaran, dan hari sabtunya di telpon untuk interview di hari minggu, karena perusahaannya sedang sangat membutuhkan karyawan supaya hari senin bisa langsung bekerja. Besoknya saya datang untuk interview, tak lupa di sepanjang perjalanan saya membaca shalawat sebanyak-banyaknya. Tak disangka ketika interview HRD nya baik banget, beliau tertarik dengan Cv saya dan Alhamdulillah saya langsung diterima kerja. Selain itu, ownernya ngasih saya hijab yang bagus dengan kualitas kain yang premium. Masya Allah, Allah tuh baik banget dalam waktu yang bersamaan ngasih dua rezeki sekaligus. Tetapi setelah mempertimbangkan dan meminta saran dari orang tua, saya memutuskan untuk tidak mengambil pekerjaannya, karena jarak yang terlalu jauh dan akhirnya saya pun mengikhlaskan pekerjaan tersebut.

Dari sana saya semakin yakin dengan amalan shalawat ini, dan saya pun makin mengencangkan dan terus mengamalkannya sambil berdo’a kepada Allah meminta yang terbaik. Dan untuk kesekian kalinya Masya Allah, Allah mengabulkan do’a saya lagi. Selang beberapa hari ada dua panggilan kerja sekaligus, masih di minggu yang sama. Betapa mudahnya Allah mengabulkan hajat-hajat saya hanya dengan memperbanyak shalawat. kita bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa pertolongan dari-Nya. Jika seorang hamba berkata “ Ya Robb, Ya Robb, Ya Robb, maka Allah menjawab, “Kupenuhi panggilanmu duhai hamba-Ku, memintalah, maka akan ku beri.”

Ini ilmu murah dan wajib banget untuk kita lakukan, kita laksanakan. Karena, kalau kita sudah mengamalkan ilmu shalawat ini dalam kehidupan sehari-hari, kita minta apapun pasti Allah kasih asalkan tetap bersabar, terus berikhtiar dan tidak berputus asa. Lalu apakah saya membaca shalawat hanya karena ingin mendapat rezeki saja, setelah dapat rezeki saya gak mengamalkannya lagi? Tentu tidak, dapat atau pun tidak rezekinya saya akan tetap bershalawat. Karena saya sudah jatuh cinta dengan amalan shalawat ini dan akan saya jadikan pegangan seumur hidup. Bila kita sudah melakukan segala sesuatu dengan hati, pasti kesuksesan pun akan mengikuti.

***

 


Ketika Raga sudah tak lagi menyapa



        “tettt” telfon di tutup, sekilas terlintas kembali foto Abah di layar telfon. Aku memandanginya penuh rindu. Terakhir abah berkata bahwa kondisinya sehat dan masih sibuk mengurusi usaha roti bakarnya yang memiliki beberapa cabang di kota kembang. Aku merebahkan tubuhku, peluh kembali mengucur, sudahlah hanya sakit biasa. Ku ambil jaket abu yang menggantung tak beraturan di atas kursi, hari ini ada mata pelajaran tafsir Qur’an Sayyid Hasan di kampus.
        Aku bergegas, trotoar di depanku terlihat memanjang. Kendaraan hilir mudik di tengan jalan raya, mesir sedang mengalami musim panas yang cukup membuatku tersisa. Tahun ini tahun pertamaku di negeri Cleopatra, aku harus banyak menyesuaikan diri disini. Kami tiga bersaudara kakakku yang pertama Halim sudah menikah dan tinggal di Jakarta, kakakku yang kedua Irham adalah juara kelas sejak kecil, abah begitu membanggakannya. Pendidikannya begitu cepat melesat dia menyelesaikan pendidikan menengah dan menengah atasnya dalam waktu empat tahun. Aku sendiri delapan bulan yang lalu baru lulus dari pondok modern yang mengajarkanku banyak hal, termasuk berbahasa. Sebulan kemudian mengikuti test untuk ke Mesir dan Turki, Alhamdulillah universitas kenamaan ini menerimaku sebagai salah satu dari mahasiswanya.
        Ku sambangi pintu masuk, lorong univ terlihat lenggang, cuman ada beberapa orang saja yang sibuk dengan urusannya masing-masing. aku melangkah lebih cepat, waktu menunjukkan pukul dua siang, jika Sayyid datang tepat waktu maka aku sudah terlambat mengingikuti pelajarannya. Kali ini keberuntungan ada di pihakku, Sayyid belum datang dan kelas masih terlihat kosong, aku memilih deretan bangku kedua dari depan karena bangku pertama biasanya diisi oleh mahasiswa senior yang memang mengambil jurusan tafsir.
        Tiba-tiba telfonku berbunyi, lantunan surah al-kautsar mengalun dari celah-celah speakernya, ku lihat nomor yang tertera, kodenya negara Malaysia. Aku keluar tentu saja dengan segera, pelajaran tafsir ini lebih penting dari pelajaran tambahan manapun menurutku, dengan tafsir kita bisa mengenali al-Qur’an dari dalamnya serta menganalisis lebih dalam lagi makna-makna yang terkandung di dalamnya. Terdengar suara di sebrang sana: “Sar, gimana kabarmu? Sehat, ini sarah kan”, sejenak aku berfikir, suara terburu-buru, nadanya tidka beraturan, datang-datang ga salam dan langsung nanya kabar siapa lagi kalau bukan melisa!, “ee… e… iya ini Sarah, Alhamdulillah berkat doa dari semuanya, ana baik, kau gimana mel?”. “aku baik sar, oya seminggu lagi aku dapat tiket buat ke Mesir nih, bisa ajak aku jalan-jalan ga? Hehe, ceritanya ada destinasi bisnis papa yang harus aku cek disana, sekalian cari buku buat skripsi, sekalian cari tempat buat foto-foto, sekalian nyoba kuliner timur tengah sekalian beli baju buat kuliah, sekalian………………..” “Melisaaaaaaaaaaaaaaaa……. Cukup! Iya aku akan nganterin kamu kemanapun kamu mau, yang jelas kamu pastiin dulu tiketnya tanggal berapa terusnya berangkat sama siapa terus bawa apa aja, kopernya segimana, terus……………….” Saraaahhh,,, are u srupid? Haha, kau nyuruh aku diem sendrinya ngomong mulu”, sejenak kami diam, lalu suara cekikikan terdengar dari seberang sana, aku tersenyum lega, lisa masih sama seperti dulu, asyik dan ga bawa perasaan… setelah obrolan itu aku bergegas kembali menuju kelas Sayyid Hasan yang kelihatannya sudah dimulai.
        Signal 3g terlihat dari telfon genggamku, sungguh malas ya malas sekali. Malam ini aku harus memastikan beberapa kuliah yang akan dibatalkan minggu depan, penyebabnya tentu saja lisa, sahabat taman kanak-kanakku yang cerdas, multitalent dan tentu saja cantik. Belum lagi membayangkan kelakuannya yang cuek sejak dulu, tak pernah memandang orang dalam berbicara, gimana caranya dia akan liburan di negeri yang serba tertutup seperti ini? dan tentu saja hijabnya, aku harus memaksanya untuk berhijab karena flatku berdekatan dengan universitas. Oke, ku lirik layar telfon itu, terihat senyuman indah kak Riska, istri kak halim. Aku berfikir sejenak untuk kemudian memutuskan tidak menerima telfon tersebut. Badanku begitu lelah, belum lagi tugas yang menumpuk membuat mata ini ingin terpejam saja, jika aku menerima telfon itu akan ada resiko tinggi yang menimpaku, kak Riska yang merupakan seorang dokter punya kepekaan yang tinggi terutama dalam mengenali suara seseorang.
         “sarah sayang, abah sakit doakan ya”. Ya ilahi, ragaku tersentak… rasa khawatir memenuhi ubun-ubun ini, abah baru saja kemarin abah menelfon dan mengatakan bahwa beliau baik-baik saja. Abah kenapa? Fikiranku buyar, rasanya aku tak bisa lagi masuk kuliah pagi ini. perlahan ku buka pesan itu, kak Riska mengirim beberapa pesan melalui aplikasi pesan instan, selanjutkan deretan panggilan tak terjawab terlihat dengan nama yang sama, Irham Maulana. Ku kirim pesan singkat kepada kak Irham, kami hanya berbeda dua jam saja, jadi ku pikir ini tidak terlalu subuh untuk mengirimnya pesan. Jawaban yang ku tunggu tak juga datang. ku putuskan untuk langsung menelfon ke Indonesia, suara abah terdengar parau dari sana: “adek, kenapa nelfon malam-malam begini, ada masalah? Abah siap dengerin kok”. Air mataku berlinang, Abah masih saja sempat menyembunyikan rasa sakitnya. “emm, Abah katanya abah lagi sakit ya, kok ga bilang sama adek sih?, Abah ga sayang lagi sama adek?.. abah terdiam sejenak, “Abah ga sakit, kemarin kak Halim dan sarah datang kesini, muka abah pucat, abah baru pulang dari kebun makannya mereka menyangka abah sakit.”..”syukurlah kalau abah tidak apa-apa, abah jangan terlalu capek ya, nanti sarah khawatir…. Sarah takut Abah…” “abah gapapa kok sar, sarah gaada kuliah? Udah sholat? Sarah kalau sholat jangan lupa doain keluarga disini, doakan kaka-kakakmu dan terutama doakan orang-orang yang ada di sekitarmu, abah titip pesan biar Sarah jaga diri disana. Sarah sebentar lagi kan ulang tahun ya? Sarah kepengen apa dari abah”, bibirku kelu untuk berucap, Abah, aku gapengen apa-apa selain dekat dengan abah sekarang. “Sarah… masih disitu ya?”.. “iya Bah, sarah kepengen… apa ya… kalau sarah kepengen makan bareng di tempatnya Bu Minah gimana? Bisa gaa? Hihi” aku menggigit bibir, Abah, andai Abah tau serindu apa Sarah sekarang. “iya, Inshaallah kalau umur Abah masih lama, Sarah pokoknya jangan khawatir kalau pulang abah beliin apa yang sarah mau. Abah sayang sama Sarah” kata-kata yang terakhir terdengar berat di ucapkannya. Umur abah masih terhitung muda, ummi meninggalkan abah dua tahun yang lalu karena penyakit yang tidak pernah diceritakannya pada kami, bahkan abah tau ummi sakit dua minggu sebelum ummi wafat. “Sarah juga sayang sama Abah, Abah sehat terus ya,,, nanti Sarah pulang bawa yang Abah mau, abah mau apa?. “baru juga beberapa bulan disana.. belajar yang benar Nak… gausah mikir-mikir pulang ya! Abah baik-baik saja disini, Abah sayang kamu Sarah”. Beberapa obrolan kami berlalu setelah itu, dengung adzan subuh kembali terdengar, meski dengan lirik yang sama dan mungkin muadzin yang sama pula namun semangat yang dibawanya selalu baru, ya semangat untuk terus menuntut ilmu.
          Pelajaran pertama selesai, aku harus melalui beberapa kuliah hari ini, niatku ku urungkan kuliah kedua aku batalkan aku bisa masuk kuliah ini di kelas lain dengan jam yang agak lenggang. Selanjutnya aku melangkah menuju ke perataran masjid untuk Sholat Dhuhur. “Sarah, Abah meninggal” dadaku sesak. “Maksud kaka apa?”. “Sarah kamu yang sabar ya” kaka gabisa pesankan tiket buat hari ini.. ana gabisa pulang kak? Sarah.. sabar ya… air mataku tak terbendung lagi. aku berjalan setengah berlari menuju flatku. Beberapa orang memendangiku aku tak peduli sungguh tak peduli. Abah, seru ku dalam hati, kenapa secepat ini. abah bilang abah sayang Sarah, tapi abah ninggalin sarah, sarah salah apa? Sarah ini anak yang ga berguna buat abah, cuman bisa nyusahin abah dan sekarang abah pergi sebelum sarah sempet setidaknya cium tangan abah buat terkhir kali.
          Ku sambangi fotoku dan abah saat terakhir kali di bandara. Terlihat senyum binar abah, matanya memancarkan keteduhan yang luar biasa. Abah tidak lagi muda, guratan penuan sudah nampak tapi aura mudanya tak pernah pudar, kami masih sempat nonton film bareng, pergi memancing, jalan-jalan dan sekedar ngobrol sampai larut malam. Abah tidak menyelesaikan magisternya namun semangat belajarnya tidak pernah surut. Mesir adalah negara yang belum terinjak oleh kaki abah. Karenanya abah sangat ingin aku sekolah disini... Abah, abah adalah orang yang tidak banyak mengeluh…. Beberapa kali ponselku berdering, aku tak terengah, fikiranku sekarang hanya Abah. Ku tarik bagian bawah meja belajarku, ku buka buku harianku, kuncinya tergantung rapih disana, semejak di mesir hanya sekali saja aku menulis disitu, ku buka lembaran demi lembarannya, tinta pulpen sudah mulai memudar. Sebelum sampai ke halaman terakhir, secarik kertas berwarna biru menyembul. Tulisan abah fikirku, perlahan aku buka lipatannya. “Nak, bersegeralah menuju mimpimu. Kamu anak yang cantik dan baik. Jaga kesehatanmu disana. Abah sayang Sarah”. Ya Allah, Abah tak peranah berhenti mengkhawatirkanku, menjagaku dalam doa-doanya.. bahkan saat aku akan berangkat abah masih sempat menyelipkan kertas ini di buku harianku… Abah, Sarah rindu Abah……. Sarah janji tidak akan mengecewakan Abah lagi, Sarah janji :”)

Rindumu tamatkan luka, akhiri risau, tepiskan sendu,
Abah, senja tak pernah berhenti menampakkan keindahannya
Namun senyum Abah mengalahkan segala keindahan termasuk senja
Abah, jangan biarkan rindu terpasung karena jauhnya jarak..
Biarkan rindu mendekat karena rekatnya kasihmu…
Abah…..

Pink, Warna sejuta Wanita


        Setiap orang mempunyai salah satu jenis warna yang sangat disukai dari sekian banyak warna yang ada atau yang biasa disebut dengan warna favorit. Sahabat, Apa jadinya jika dunia hadir tanpa warna? Semua akan terlihat monoton dan tak ceria bukan? Tidak hanya hitam dan putih, ratusan bahkan lebih warna hadir untuk melengkapi hidup kita.Warna merupakan suatu keindahan. Setiap orang punya tipe warna, dan sering kali warna itu tergantung pada suasana hati setiap orang. Dan sering kali pula, suasana hati seseorang dapat menghancurkan warna-warna itu.
        Menurut Albert H. Munsell, warna merupakan elemen penting dalam semua lingkup disiplin seni rupa, bahkan secara umum warna merupakan bagian penting dari segala aspek kehiduan manusia. Tanpa warna, kita tidak dapat menggambarkan sesuatu secara signifikan. Coba bayangkan, jika seorang seniman melukis hanya mengunakan warna hitam atau putih saja, mungkin lukisannya akan terlihat kurang menarik dan bahkan kurang sempurna. Tetapi, kalau lukisan tersebut dipadukan dengan berbagai macam warna maka keindahan pun akan terpancar pada lukisan tersebut. Warnalah yang membuat lukisan itu menjadi lebih hidup, dan warnalah yang membuat orang jatuh hati ketika memandangnya.
       Masing-masing warna punya arti dan karakternya sendiri-sendiri, tak heran jika warna dapat mewakili identitas si penyuka. Begitu pun saya yang sangat menyukai warna pink dan biru. Mengapa demikian? Pink merupakan warna favorit saya sejak kecil.  Warna pink atau merah muda itu identik sama perempuan, warna pink juga menandakan kefeminiman seorang perempuan, atau keanggunan seorang muslimah. sudah fitrah seorang perempuan menyukai warna-warna yang cerah. Mungkin itu sebagian alasan saya menyukai warna pink. Setiap membeli sesuatu pasti yang pertama saya cari adalah warna pink. Mulai dari pakaian hingga barang-barang kecil. Semua barang yang saya miliki didominasi oleh warna pink. Hingga warna kamar selalu memilih warna pink. Tapi bukan berarti saya tidak mempunyai warna lain.
        Menurut DORAR INFO, Warna pink dikenal sebagai warna feminim. Namun dibalik feinimnya. Warna ini menyembunyikan kepribadian yang misterius. Orang yang menyukai warna memiliki sifat yang romantis, hangat, suka membantu, penyanyang dan mempunyai kesederhanaan spiritual. Ia mengganggap orang-orang yang peduli padanya sebagai sesuatu yang paling berharga yang pernah di miliki. Ia juga membutuhkan kedekatan, dengan aturan dan perubahan.
        Seiring waktu saya mulai menyukai warna lain. Bukan hanya pink melulu. Saya mulai menyukai dan mengoleksi beberapa warna yang menarik tapi tetap pink menjadi warna paling favorit. Saya juga penyuka warna biru, entah kenapa setiap kali melihat warna biru kesannya begitu teduh, dan tentram. Apalagi kalau sedang menatap langit biru. Warna biru sama saja seperti warna pelangi lainnya. setiap orang berhak memilih warna favoritnya. Begitu pula dengan warna biru. Coba bayangkan bagaimana kalau langit berwarna hijau? Pasti tidak enak dipandang dan membuat suasana menjadi berbeda.
     Warna biru memiliki kesan kejernihan dan lembut, seperti air yang mengalir, energinya naik dan surut untuk melakukan suatu gerakan. Jadi yang menyukai warna biru adalah orang yang penyayang dan berjiwa bebas. Ia percaya, kecantikan itu datang dari dalam diri yang membuatnya cantik seutuhnya. Orang yang menyukai warna biru biasanya dapat di andalkan untuk memecahkan suatu masalah. Kadang menjadi tipe pemurung, tapi ia menyenangkan dan selalu bertindak pasif dalam segala hal, serta selalu mendambakan kedamaian dan ketenangan. dorar info.com
     Ternyata warna kesukaan itu berpengaruh dari keadaan sekitar dan kegiatan yang kita lakukan, atau  menjadi suatu kebiasaan. Nah, apapun dan bagaimana pun sifat pink dan biru, saya akan selalu menjadikan urutan pertama di antara semua warna. Bagaimana dengan warna favorit kalian?

--------------------------------------------------------

Nasihat Sang Ayah Menjadikannya Ilmuwan Wanita Indonesia

       Saat ini, mungkin tidak banyak perempuan yang ingin mendedikasikan dirinya sebagai Peneliti Ilmu Sains. Serius, rumit, dan berbelit terbayangkan saat mendengar bidang keilmuawan yang sebagian besar masih didominasi oleh kaum Adam tersebut. Namun berbeda dengan Sri Fatmawati S,Si M.Sc Ph.D adalah seorang ilmuwan wanita Indonesia, kelahiran Madura 3 November 1980 ini berhasil meneliti mengenai Spesies laut yaitu spons dan menganalisis potensi medis ekstrak tumbuhan dan jamur sebagai senyawa obat yang potensial untuk pengobati penyakit seperti Malaria, infeksi, Kanker dan Alzheimer.
Semasa kecil, Fatma sering diobati dengan jamu obat tradisioanal Indonesia oleh Ibundanya. Dari pengalamannya melihat kekuatan penyembuhan dengan bahan-bahan alami itulah, beliau terinspirasi untuk menjadi ahli kimia dalam bidang sains. Lahir dari keluarga sederhana, putri pertama dari pasangan Muhammad Munif dan Siti Hasanah. Sang ayah yang hanya berprofesi sebagai guru SD sejak kecil selalu mendidiknya untuk berilmu tinggi. Bapak selalu menasihati saya “kamu harus menjadi orang yang berilmu, orang akan ditinggikan derajatnya kalau berilmu. Meskipun kamu perempuan kamu harus lebih tinggi pendidikannya dari Bapak” ujar fatma meniru ucapan Bapaknya. Ayahlah yang paling berperan dalam mendidiknya sementara ibunya mengurus kedua adiknya.
         Memulai kariernya di Insitut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan menjalani riset pascasarjannanya di Indonesia dan jepang mengantarkan dirinya meraih gelar PhD dari Universitas Kyushu Fakuoka jepang yang secara khusus meneliti spesies laut, spons yang merupakan jenis invertebrata laut paling primitif. Alasan beliau menekuni bidang tersebut karena keanekaragaman senyawa yang terkandung di dalamnya sehingga berpotensi mengobati penyakit seperti malaria, infeksi, kanker dan Alzheimer dari bahan-bahan alami. Berkat penelitian tersebut beliau berhasil meraih penghargaan international yang digelar atas kerjasama raksasa kosmetika Perancis, L\\\'Oreal dengan Badan Pendidikan PBB UNESCO. Penelitiannya juga mengantarkan beliau meraih beasiswa International Fellowships L\\\'Oreal- UNESCO For Women In Science pada tahun 2013.
         Setelah meraih penghargaan International pada tahun 2013 yang lalu, beliau  kembali meraih penghargaan Early Chemist Award dalam ajang The International Chemical Congress of pacific Basin Societies 2015 di Honolulu, Hawaii, 20 Desember 2015. Gelar ini diperoleh atas ketekunannya dalam penelitian di bidang kimia Organik Bahan Alam. Early Chemist Award merupakan penghargaan bagi peneliti muda dibidang kimia dan ilmu spektroskopi. Penghargaan tersebut diberikan kepada 40 peneliti yang memiliki rekam jejak dan publikasi terbanyak.
          Sebagai langkah awal, beliau menyeleksi berbagai tanaman yang berpotensi sebagai obat diabetes di Indonesia. Hidup di negara yang belum sepenuhnya mendukung penelitian dasar tentu memberikan kendala tersendiri, tak jarang beliau kesulitan untuk membeli bahan kimia, enzim dan lain-lain. Kesulitan tersebut tak menyurutkan tekadnya untuk terus berkontribusi mengembangkan penelitiannya, beliau juga sering memotivasi para mahasiswanya supaya lebih baik dari dirinya. Berkat ketekunannya beliau menyandang gelar Kartini Award 2015 sebagai The Most Inspiring Woman karena kesuksesannya di bidang yang dia tekuni. Beliau juga mengaku termotivasi untuk bisa terus berprestasi karena ingin mempunyai jejak sejarah hidup yang baik.
         Dosen jurusan kimia FMIPA ITS tersebut juga mendapatkan penghargaan International untuk kesekian kalinya yaitu masuk sebagai 5 peneliti wanita terbaik di dunia. Sungguh sebuah prestasi yang membanggakan sekaligus membawa nama baik negara di Indonesia di kancah International, berkat perjuangannya tersebut beliau mendapatkan penghargaan The 2016 Elsevier Foundation Awards for Early Career Women yang di gelar di Washington DC, Amerika serikat. Penghargaan tersebut diserahkan pada saat acara the Gender & Minorities Networking Breakfast at the American Association for the Advancement of Science (AAAS) Annual Meeting di Washington DC, Amerika serikat. Menurutnya ilmu pengetahuan merupakan bagian dari jiwanya, beliau juga berharap akan lebih banyak generasi muda yang bisa berbagi ilmu pengetahuan untuk kehdupan yang lebih baik.

Konspirasi Hati


Kau masuk secara diam-diam
Tanpa permisi dan tanpa kata
Entah bagaimana caranya??
Kau berhasil masuk melewati benteng yang telah kubangun kokoh dihatiku
Bagaimana bisa?
Namun dengan cepat ku bangun benteng yang telah roboh karena ulahmu
Aku tak mau membuka hati sebelum saatnya tiba
Ku rasa benar..
Perkara sebelum jatuh cinta adalah penggulangan.

Teruntuk Wanita Terhebatku




 Sebongkah Cinta Untuk Bidadari Hati,
 Dear ibuu,,

          Sejak saat itu, Perputaran waktu kian lama berjalan. Terniang termenung sendiri dalam ruang hampa yang pengap, dalam ruang yang sangat sunyi, dalam suasana hati yang gundah gelisah. Disudut ruang terpancar cahaya lilin, memberikan penerangan diruang yang gelap, menyinari seluruh sudut ruang dalam hati. Selalu terniang sesosok wajah yang dicinta. Lewat hembusan angin yang bertiup kencang. Ku sampaikan isi hatiku. Sebuah perasaan yang sudah lama terpendam.
         Secoret kata ini, kutuliskan betapa besar pengorbanan’mu untuk anak’mu, kini aku bisa memahami, betapa berartinya dirimu di duniaku. Besar pengorbanan yang engkau berikan, tak satupun langkahmu yang tak berarti di hidupku. Kau keluarkan semua tenagamu untuk melahirkanku. Meski semua yang terbaik telah ku berikan padamu. Itu semua tak akan bisa menggantikan setiap derai pengorbananmu.
        Ibuu, aku adalah bocah kecilmu dulu. Yang sering kau timang dengan nina bobomu, kau belai rambutku dengan penuh kasih sayang, yang sering kau gendong dengan tangan kasihmu. Yang sering kau kecup dengan bibir lembutmu.
       Ibuu, aku juga adalah bocah kecilmu Yang sering kau gendong di saat aku merenggek-renggek meminta uang jajan. Kau yang pertama kali mengantarkanku masuk sekolah dasar. Kau sering menguatkanku ketika anakmu ini di olok-olok oranglain. Kau sebagai tempat mengagaduku setiap kali anakmu ini kesulitan.
       Ibuu, kau menjagaku dengan segudang jerih payahmu, tak peduli seberapa lelahnya dirimu, kau santuni aku dengan keringatmu. Kau dekap aku dengan kehangatan tubuhmu, Kau rawat aku dengan berjuta kasih sayang, bak laksana samudera yang terbentang luas, laksana bintang-bintang yang tersusun tinggi terbentang indah di langit.
       Masih terngiang di pikiranku, kala itu kau yang pertama kali mengajariku bersepedah, kau semangati aku dengan penuh kesabaran. Sampai aku bisa mengayuh sendiri. Kau laksana pelita dalam hatiku. Ibuu,,ingatkah ketika bocah kecilmu ini terbaring tak berdaya, kau tak pernah sedikit pun beranjak dari hadapanku, kau rela menahan kantuk untukku, kau sembunyikan letihmu dalam senyumanmu, kau kompres aku dengan penuh kesabaran, setiap saat kau memegang keningku untuk memastikan panasku sudah turun. kau lantunkan doa terbaikmu,. Ketika aku mengeluh karena rasa sakit, kau yang menenangkanku dalam dekapanmu. Sungguh berharga sekali pengalaman itu dan semua itu akan terus tersimpan di memory ingatanku.
       Ibu, sekali lagi bocah kecil itu adalah aku. Kini aku telah beranjak dewasa, kini bocah kecilmu ini sudah tidak pantas lagi kau gendong, tidak layak lagi untuk kau nina bobokan, yang kau ulurkan beberapa suap nasi di bibirnya. Teringat ucapan ibu “sedewasa apapun kamu nak, bagi ibu kau tetap anak ibu.” Kata-kata yang sangat menyetuh sampai detik ini.
      Ibu, izinkan aku hari ini menulis surat untukmu. Mengungkapkan semua rasa sayangku pada ibu. Usiamu boleh surut dimakan usia, tetapi rasa sayang dan pengabdian ini tetap untukmu bu, yang tak akan lekang oleh waktu, yang tak akan surut untuk disingkirkan. Terima kasih telah merawatku selama 21 tahun ini bu. Terima kasih telah berjasa dalam setiap langkah hidupku. Kau sebaik-baik bidadari dihatiku.

Salam Hormat dan Rinduku


Bocah kecilmu
 Ida syahidah